Sumber: www.zerochan.net |
Mataku
masih menatap keluar jendela. Aku merasa begitu sedih. Terlalu sedih untuk
takut terdengar Anna atau siapapun yang mungkin melewati kamarku. Air mata yang
biasa membeku sebelum sempat kukeluarkan pun mampu membasahi pipiku kali ini.
Yang ada hanya rasa kesepian membakarku dari dalam.
Biasanya
aku dan Anna bermain di luar sana. Bahkan di dalam istana, kami biasa
mengendap-endap. Pada musim dingin yang lalu kami membuat sebuah boneka salju.
Kami namai dia Olaf. Olaf sangat lucu dan Anna sangat menyukainya. Aku rindu
Anna. Kami bisa saja bermain bersama sekarang, kalau… Kalau aku tidak melakukan
kebodohan yang pernah kulakukan.
Tiba-tiba
aku mendengar sebuah ketukan di pintu kamarku. Aku tersentak. Aku takut siapa
pun yang ada di luar sana bisa mendengar tangisanku. Air mata yang sedari tadi
membasahi pipiku membeku begitu saja dan membeku di kulitku.
“Elsa,”
suara Anna memanggilku dari balik pintu, “Elsa, ayo kita main!”
Dengan
segera aku berlari menuju tempat tidurku dan membenamkan diriku di bawah
selimut. Aku melakukannya bukan karena tiba-tiba dingin merasukiku. Tidak meskipun ketakutanku bertambah besar hingga es seketika muncul dimana-mana. Aku bersembunyi dibalik selimut ini seakan Anna ada berada di dalam ruangan. Seakan Anna mampu melihatku
bersedih saat ini.
Suara
ketukan berlanjut sedang aku berdiam terus.
“Apakah
kamu mau membuat boneka salju?” Anna tidak berhenti bicara dan membujukku
keluar kamar. Dirinya selalu mengingatkanku akan berapa lama aku telah
mengurung diriku di sini. Seperti hari-hari lainnya, Anna lanjut berbicara sendirian
di depan kamarku. Dirinya tidak peduli meski aku selalu menjawabnya dengan kata
“tidak”, “stop”, bahkan kadang mengusirnya pergi.
Aku
mau, Anna. Aku mau bermain lagi denganmu. Andai saja kamu mengerti semua ini.
Aku hanya tidak mau melukaimu lagi. Membayangkan helaian rambuat pirangmu saja
sudah membuatku ngeri. Sejak saat itu aku tak bisa berhenti mengutuki diriku sendiri. Aku seharusnya tau bahwa aku ini
monster dan akan selalu begitu.
Aku ini
berbahaya.
“Elsa,
ayolah,” seruan itu kembali datang, “itu tidak harus jadi boneka salju. Kita
bisa membuat yang lainnya.”
Huft…
Boneka salju lagi. Aku jadi ingin bertemu dengan Olaf. Olaf yang tiba-tiba saja hilang entah kemana. Kalau diingat-ingat, itu adalah kehilangan
pertamaku sebelum aku kehilangan banyak hal lainnya. Sebelum aku juga kehilangan sosok adikku dan keramahan orang-orang istana juga rakyat. Olaf... Padahal aku suka sekali
pada Olaf. Olaf seperti teman bagi aku dan Anna. Teman kami.
Teman?
Ya! Aku mampu membuat temanku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar